Pertanyaan awalnya adalah: apa hubungan penanggulangan degradasi lahan dan kekeringan (desertification & drought) dengan laut--atau kita, sebagai pelaku kegiatan di laut?
Penggurunan (desertification) mengacu pada degradasi lahan di daerah sub-lembab yang gersang, semi-kering, dan kering. Hal ini disebabkan karena ekosistem lahan kering, penggundulan hutan, penggembalaan berlebihan, praktik irigasi yang buruk, serta perubahan iklim global.
Kurang lebih tiga perempat daratan bumi yang tidak tertutup oleh es telah diubah oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mulai dari makanan, jalan raya, bahan baku, rumah, bangunan. Akibatnya, kualitas tanah menurun drastis dari tahun ke tahun.
Untuk memperbaiki situasi, negara-negara perlu secara proaktif bekerja pada strategi yang menguntungkan bagi lingkungan secara luas. Mengapa?
Perubahan ke arah perbaikan lahan-terdampak berdampak langsung pada perubahan iklim dan mengarah pada pengurangan pemanasan global, yang merupakan salah satu dari banyak penyebab utama yang menjadi perhatian belakangan ini.
photo: iberdrola
Kembali pada pertanyaan awal, apa hubungannya penggurunan dan kekeringan yang terjadi di darat dengan ekosistem laut?
Penggurunan dan kekeringan salah satunya disebabkan oleh perubahan iklim--itu juga berarti pemanasan global--, yang pada gilirannya pun memiliki andil pada fenomena umum pemanasan global itu sendiri. Sebagaimana pertanyaan yang sering terlontar antara 'ayam dan telur,' mana yang muncul terlebih dahulu; sehingga apa yang terlebih dahulu harus diatasi?
Lautan adalah sekutu terbesar dunia dalam melawan perubahan iklim. Sebagai penyerap karbon terbesar di planet ini, lautan menyerap kelebihan panas dan energi yang dilepaskan dari meningkatnya emisi gas rumah kaca yang terperangkap dalam sistem bumi. Saat ini, lautan telah menyerap sekitar 90 persen panas yang dihasilkan oleh peningkatan emisi (unfccc.int, 2021). Saat panas dan energi yang berlebihan menghangatkan lautan, perubahan suhu menyebabkan efek cascading yang tak tertandingi, termasuk pencairan es, kenaikan permukaan laut, gelombang panas laut, dan pengasaman laut.
Jika kita menyangka bahwa hal tersebut hanya memengaruhi ekosistem kehidupan laut dan pesisir, maka harus diingatkan bahwa 'butterfly effect' dari perubahan ekosistem laut itu pun berdampak pada keanekaragaman hayati darat dan memengaruhi hampir setengah dari populasi dunia (3,3 miliar) yang bergantung pada asupan protein yang berasal dari sumber daya laut. Belum lagi dampaknya bagi sektor kerja perikanan dan akuakultur di seluruh dunia yang mulai 'meninggalkan' laut dan memenuhi daratan sebagai tanah garapan.
Sebagai pelaku kegiatan di laut, hal pertama yang dapat kita lakukan adalah kepedulian pada 'taman bermain' kita. Menyadari arti penting lautan sebagai penyerap karbon terbesar; melakukan aktivitas berwawasan lingkungan di laut; menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan sahabat-sahabat kita yang hidup di lautan yang mahaluas. UNESCO memperkirakan dan mengingatkan bahwa lebih dari setengah spesies laut dunia mungkin berada di ambang kepunahan pada tahun 2100 (Unesdoc: CLT-2018/WS/8, 2018).
Author: NAUI #55103
sumber:
- Scott F. Heron, "Impacts of climate change on World Heritage coral reefs: update to the first global scientific assessment," Unesdoc, 2018.
- UN, "How is climate change impacting the world's ocean."
- UNFCCC, "Urgent climate action is needed to safeguard the world's ocean," April 2021.